Penetapan 17 Mei sebagai Hri Buku Nasional berlangsung pada saat mentri Pendidikan Nasional era Kabinet Gotong Royong masa kepemimpinan Presiden Megawati Oekarno Putri. Perancangan Harbuknas adalah Mentri Pendidikan Nasional Abdul Malik Fadjar.
Hal itu dilatarbelakani oleh bangsa Indonesia yang dihadang oleh dua pilihan, antara mempertahankan tradisi (lisan) dengan menjawab tuntutan informasi, yang berarti harus lebih banyak membaca.
Pergumulan yang terjadi sejak 32 tahun lalu itu bisa dikata sempai sekarang belum juga selesai, sehingga kebiasaan yang terjadi di masyarakat masih didominasi traadisi percakapan panjang dan sedikit membaca
Malik Fadjar menyadari strategisnya fungsi membaca, mendorong Malik mengajak manusia Indonesia agar gemar membaca. Selain mengetahui perkembangan fermodern, dengan membaca buku kita juga bisa meramalkan masa depan.
Adanya ide Hri Buku itu pun datang dari masyarakat perbukuan, guna memacu minat baca masyarakat Indonesia, sekaligus menaikan penjualan buku.
Hari Buku Nasional pertama kali dirayakan pada 17 Mei 2002 yang digagas oleh Mentri Pendidikan, Abdul Malik Fadjar. Tanggal 17 Mei sendiri dipilih karena merupakan hari berdirinya Perpustakaan Nasional Republik Indonesai yaitu pada 17 mei 1980.
Menurut data yang dilaporkan UNESCO pada 2002, tingkat melek huruf orang dewasa atau
penduduk berusia di atas 15 tahun berkisar di angka 87,9 persen. angka ini jauh dibanding negara-negara di kawasan Asia Tenggara, seperti Malaysia (88,7 persen), Vietnam (90,3 persen), dan Thailand (92,6 persen).
Menurut Supriyanto, Pustakawan Utama Perpustakaan Nasional, untuk meningkatkan minat baca, ada sejumlah hal yang harus disiapkan, seperti menumbuhkan Reading Interest, Reading Habbit, Reading Culture, sampai Reading Skill. Sehungga pengetahuan yang diperoleh dari membaca menjadi 'alat' bagi untuk berdaya dan mencerdaskan kehidupan berbangsa.
Dikutip dari :
https://news.detik.com
https://www.merdeka.com
Komentar