Saat remaja. Abu Yazid telah mendalami Al-Qur'an dan Hadis Nabi kemudian mempelajari ilmu fikih Mazhab Hanafi sebelum akhirnya menempuh jalan tasawuf. Sebagai sufi. maqom (kedudukan) makrifat beliau tidak diragukan lagi. Pernah terbesit di hatinya untuk memohon kepada allah ta'ala agar dibrikan sifat ketidak pedulian terhadap makanan dan perempuan. Kemudian hatinya berkata, "Pantaskah aku meminta kepada Allah sesuatu yang tidak pernah diminta oleh Rasulullah SAW?. Bahkan karena ketinggian ilmunya, dia menghukum dirinya sendiri jika melanggar.
Suatu hari Abu Yazid Al-Busthomi mendapat ilmu berharga dari seekor anjing di tepi jalan Seperti biasa, Abu Yazid suka berjalan sendiri di malam hari. Lalu beliau melihat seekor anjing berjalan terus ke arahnya. Ketika anjing itu menghampiri beliau, Abu Yazid mengangkat jubahnya khawatir tersentuh oleh anjing tersebut yang air liurnya mengandung najis.
Spontan anjing itu pun berhenti dan terus memandanginya. Entah bagaimana Abu Yazid seperti mendengar anjing itu berkata padanya. "Yubuhku kering dan tidak akan menyebabkan najis padamu. Kalaupun engkau merasa terkena najis, engkau cukup membasuhnya dengan air dan Tanah & kali basuhan, maka najis ditubuhmu akan hilang, Tapi jika engkau mengangkat jubahmu karena menganggap dirimu lebih mulia, lalu menganggapku anjing yang hina, maka najis yang menempel di hatimu itu tidak akan bersih walaupun kamu membasuhnya dengan 7 samudra."
Mendengar itu, Abu Yazid tersentak dan meminta maaf kepada anjing tersebut. Sebagai tanda permohonan maafnya yang tulus, Abu Yazid lantas mengajak anjing tersebut itu untuk bersahabat dan jalan bersama. Namun anjing itu menolaknya.
"Engkau tidak patut berjalan denganku, karena mereka yang memuliakanmu akan mencemooh dan melempari aku dengan batu. Aku tidak tahu mengapa mereka menganggapku hina, padahal aku berserah diri kepada sang pencipta wujud ini. Lihatlah aku tidak menyimpan dan membawasebuah tulang di mulutku, sedangkan engkau masih menyimpan sekaring gandum." kata anjing itu pergi meninggalkan Abu Yazid.
Abu Yazid pun terdiam dan berkata."Duhai Tuhan, untuk berjalan dengan seekor anjing ciptaan-Mu saja aku tak layak. Bagaimana aku merasa layak berjalan bersama dengan-Mu ampunilah aku dan sucikanlah hatiku dari segala kotoran."
Sejak peristiwa itu. Syeikh Abu Yazid senantiasa memuliakan dan mengasihi semua makhluk Allah tanpa syarat. Kisah ini mengingatkan kita sebuah pesan yang difirmankan Allah Ta'ala dalam Al-Qur'an
فَلَا تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمْ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَى
"Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa". (QS. An-Najm: 32)."
Abu Yazid wafat pada tahun 261 Hijriah (875), ada yang juga mnyebutnya tahun 264 Hijriah (878). Makam beliau terletak di pusat kota bistami (Basthom) yang banyak diziarahi para umat Islam, sebuah kubah didirikan di atas makamnya atas perintah Sultan Mongol bernama Muhammad Khudabanda, seorang sultan yang berguru kepada Syeikh Syaraf al-Din (Keturunan Abu YAzid), Tahun 713 H (1313 M)
Referensi Data Book : https://kalam.sindonews.com/
Komentar