Suatu hari, ada seorang tukang kayu yang sedang istirahat di suatu tempat kerjanya, dan dia menerima sepucuk surat. Tapi ia bingung cara membacany dan juga Ia tidak biasa menerima surat sehingga ia cemas. Sehingga ia langsung berlari menuju temannya yang sedang makan di bawah pohon rindang tempat mereka kerja. Temannya bernama pak rio. Pak rio ini orangnya pintardan juga sering menjahili teman kerjanya.
“ini surat dari putramu,” seru pak Rio.
Isi suratnya seperti ini,”Ayah, aku sakit dan tidak punya
uang sepeserpun, tolong kirimkan aku sejumlah uang sesegera mungkin. Putramu”
Dipengaruhi oleh nada suara dari pak Rio yang sedikit kasar
saat membaca surat tersebut, maka pak anto menjadi marah dan berkata,” Dasar
anak tak tau diri memangnya dia siapa, memaksakan aku, ayahnya? Jangan kira aku
akan mengirim dia sepeserpun.”
Dalam kemarahannya ia langsung pergi kerumah dan di
perjalanannya ia bertemu sahabatnya, seorang penjahit yang bersuara lembut.
‘’ada apa kamu lari-lari”. Kata pak tukang jahit yang
bernama pak ilham.
Ia pun bercerita tentang surat tadi.” Coba kau lihat sendiri
isi surat putraku ini.”
Sahabatnya pun membaca surat itu, dengan nada yang lembut
dan menyentuh hati.
“oh, anakku malang,” katanya dengan cemas. ” Ia pasti sangat
menderita. Lebih baik aku segera mengirimkannya uang sekarang juga.”
Memang benar pesan kadang sangat tergantung pada cara
menyampaikannya.
Bila kita renungkan, konflik ini terjadi antara pasangan,
rekan kerja, sahabat, kadang bukan karena ada masalah besar yang rumit yang tidak
nisa dipecahkan. Namun karena kita tidak dapat mengatur cara kita
menyampaikannya.
Jika tidak setuju, kita menyampaikannya dengan sikap lebih sabra,ramah
dan tidak sedng bercanda apalagi bercandanya keterlaluan. Bagaimana mingkin
orang lain akan respek terhadap kita?
Mari belajar kata-kata dengan lembut dan bersikap ramah
kepada setiap orang yang kita jumpa. Mari melangkah menuju pintu kesuksesan.
Komentar